PERALATAN
MENGELAS
Dunia permesinan yang mencakup
dunia otomotif sudah tidak asing dengan istilah “mengelas”. Menurut kamus
bahasa Indonesia, Mengelas, berasal dari kata “Las” yang berarti penyambungan
(besi dsb) dengan cara membakar. Secara umum, mengelas berarti menyambung suatu
benda logam atau benda lainnya dengan cara dibakar. Kata dibakar bukan berarti
dibakar dengan api biasa, namun memiliki arti dibakar dengan teknik tertentu
yang menggunakan cara pembakaran.
Jika dilihat dari
bahan bakarnya, atau dengan kata lain bahan yang dapat memicu pembakaran,
mengelas dibagi menjadi dua:
a. Las Listrik
b. Las Gas
Jika pemicu yang digunakan untuk mengelas berbeda, maka,
teknik yang digunakanpun juga turut berbeda, meski beberapa alat yang digunakan
memiliki kesamaan fungsi. Dari Penjelasan di atas, maka akan dibahas 3 hal
tentang pengelasan, antara lain jenis pengelasan, alat yang digunakan, beserta
tekniknya
A.
Las Listrik
Las Lirtik merupakan jenis las
yang pemicunya menggunakan listrik agar terjadi pembakaran.Menurut Yohanor (2012):
“Pengelasan
adalah suatu proses penyambungan logam, dimana logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atom-atom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari
gas yang terserap atau oksida-oksida”.
Dari penjelasan di atas maka
dapat disimpulka bahwasanya las listrik merupakan proses penyambungan logam
dapat disatukan dengan menggunakan tekanan atau tidak menggunakan tekanan
Membaca Selatjutnya ....
1. Peralatan
Las Listrik
a. Mesin Las
Dalam
proses pengelasan mesin las yang dipakai bermacam-macam, tapi ditinjau dari jenis arus yang keluar, mesin las dapat dibedakan menjadi:
·
Mesin las Arus Bolak-balik (AC)
Pesawat
ini banyak dipakai karena biaya operasinya yang rendah di samping harganya
murah juga transformator las yang berkapasitas 200 – 500 ampere.
·
Mesin las Arus Searah (DC)
Pesawat las arus searah ini dapat
berupa pesawat transformator rectifier, pembangkit listrik motor diesel atau
motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh motor
listrik.
·
Mesin las Arus Bolak-balik (AC)
dan Masin las Arus Searah (DC)
Pesawat ini merupakan gabungan
dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah. Dengan pesawat ini akan
lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar dapat dapat
searah maupun arus bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya
transformator-rectifier maupun pembangkit tenaga listrik diesel.
Mesin las yang sering dipakai
dalam bengkel adalah mesin las arus bolak-balik, maka untuk memakai mesin las
ini maka kita membutuhkan arus listrik dari PLN, karena kita ketahui bahwa
alran listrik dari tiang-tiang PLN adalah arus AC (110 volt – 220 volt). Pada
mesin las AC kabel massa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mepengaruhi peubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Menurut Hery Sonawan (2003), daya
listrik dari suatu mesin las diperlukan untuk memulai dan menjaga operasi
pengelasan busur listrik. Daya listrik dihasilkan dari suatu mesin las yang
mengalirkan arus dan beda potensial tetentu di antara dua elektroda. Tegangan
las bervariasi mulai dari 10 volt hingga 60 volt dan besar arus las dari 3
ampere hingga 700 ampere. Kadang-kadang terjadi tegangan atau arus yang lebih
besar atau lebih kecil dari harga-harga itu. Power suplay yang dipergunakan
dalam pengelasan busur listrik dibagi dua yaitu mesin las berkarakteristik
statik mesin las berkarakteristik dinamik. Dalam mempelajari mesin las dikenal
istilah lain yang tidak kalah pentingnya yaitu DUTY CYCLE yang merupakan
perbandingan antara waktu pembusuran dan waktu total sebesar 10 menit.
b.
Trafo
Trafo merupakan kelengkapan mesin las AC. Kapasitas trafo biasanya 200 sampai 500 Ampere. Sedangkan tegangan
yang keluar dari trafo antara 36 sampai 70 volt.
c.
Penyearah Arus
Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk merubah
arus AC. Penyearah arus merupakan kelengkapan dari mesin las DC.
Dengan menggunakan rectifier diperoleh beberapa keuntungan di samping kerugiannya.
- Keuntungannya :
·
Kebisingan rendah
·
Setiap tipe elektroda dapat digunakan
pada mesin DC
·
Murah pemeliharaannya
·
Busur nyala listriknya terang
·
Mesin las dapat dirubah ke arus
bolak-balik atau ke arus searah
- Kerugiannya :
·
Harganya mahal
·
Relatif besar dan berat
·
Daya tiup busur listrik lebih kuat
d.
Alat Alat Bantu Las
·
Kabel Las
Menurut maman Suratman (2001), inti kabel penghantar ini
biasanya terbuat dari tembaga yang dipintal, dibungkus dengan isolator, dan
diberi penguat agar tidak mudah patah atau terkelupas. Kabel ini harus
lentur, tidak kaku, agar tidak mengganggu operator saat bekerja. Kabel ini
terbagi atas dua bagian pokok yakni kabel primer dan kabel sekunder, artinya
kabel primer adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga dengan mesin las
sedangkan kabel sekunder adalah kabel elektroda dan kabel massa.
·
Tang Elektroda
Tang elektroda digunakan untuk menjepit elektoda las. Alat ini terdiri atas
mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat (Maman Suratman, 2001).
·
Klem Massa
Klem massa digunakan untuk menghubungkan kabel massa ke
benda kerja, agar arus lisrik dapat mengali dengan baik maka klem massa
biasanya dibuat dari bahan penghantar yang baik misalnya tembaga, juga
dilengkapi dengan pegas yang kuat agar klem dapat menjepit benda kerja dengan
kuat (Hery Sonawan, 2003).
·
Palu Las dan Sikat Kawat
Menurut Maman Suratman (2001), untuk membersihkan terak
dan percikan las pada benda kerja, berguna juga untuk membersihkan benda kerja
sebelum pengelasan.
·
Tang Penjepit
Selama dilakukan pengelasan benda kerja tentu mengalami pemanasan maka
setelah benda kerja dilas jangan dipegang dengan tangan tetapi ambillah dengan
menggunakan penjepit benda kerja.
·
Topeng atau Helm Las
Alat ini digunakan untuk melindungi mata dan kepala dari
sinar ultra violet, infra merah, gas, percikan api yang timbul saat pengelasan.
Jendela kaca dari topeng atau helm las ini terdiri atas tiga lapisa kaca, kaca
berwarna diapit oleh dua kaca bening (Hery Sonawan, 2003).
·
Kaca Mata Pengaman
Untuk melindungi mata operator saat membersihkan benda kerja sebelum dan
sesudah pengelasan (Maman Suratman, 2001).
·
Alat Bantu Pengerjaan Kampuh Las
Setelah mengelas, kemudian kampuh las dibersihkan dengan menggunakan
alat-alat seperti
pada gambar berikut :
·
Pakaian Kerja
Pakaian las digunakan untuk melindungi tubuh operator
yang tidak dapat ditangkal dengan alat keselamatan lain. Yang termasuk pakaian
las tediri dari sarung tangan dari kulit, baju las (Apron) dan sepatu las
(Maman Suratman, 2001).
·
Kamar Las
Kamar las penting agar orang yang ada disekitarnya tidak
tergannggu oleh cahaya las. Tabir-tabirnya terbuat dari bahan tahan api. Agar
gas pengelasan mudah keluar, maka sebuah kamar las harus dilengkapi sistem
ventilasi yang baik. Di dalam kamar las meja las juga harus terbuat dari bahan
tahan api.
e.
Elektroda
Elektroda yang digunakan pada las busur manual adalah
jenis elektroda yang terbungkus (berselaput) fluks. Pada waktu pengelasan
selaput elaktroda ini akan turut mencari dan menghasilkan gas CO2
yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N2 dapat
mempengaruhi sifat mekanik dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak
yang terapung dan membeku melapisi permukaan yang masih panas.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 – 7 mm dengan
panjang antara 350 – 450 mm. Sebagian bahan fluks dari elektroda ini antara
lain : selulosa, kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida
(rutil), kaolin, kalsium oksida, mangan, oksida besi, serbuk besi, besi
silikon, besi mangan dan sebagainya. Dengan prosentase yang berbeda untuk
setiap elektroda.
2. Arus
Listrik pada Pengelasan
a. Menentukan
Besarnya Arus Listrik
Arus listrik yang digunakan dalam
pengelasan harus sesuai dengan ukuran diameter elektroda. Tiap elktroda
mempunyai amperase minimum dan maksimum. Tetapi dala prakteknya dipilih atau
ditentukan amperase pertengahan (Maman Suratman, 2001).
Diameter elektroda dalam
|
Tipe elektroda
|
||||||
mm
|
in
|
E 6010
|
E 6014
|
E 7018
|
E 7024
|
E 7027
|
E 7028
|
2,5
|
3/32
|
-
|
80 -125
|
70 - 100
|
100 -145
|
-
|
-
|
3,2
|
1/8
|
80 -120
|
110 - 160
|
115 - 165
|
140 - 190
|
125 -185
|
140 - 190
|
4
|
5/32
|
120 - 160
|
150 - 220
|
115 - 165
|
180 - 250
|
160 - 240
|
180 - 250
|
5
|
3/16
|
150 - 200
|
200 - 275
|
200 - 275
|
230 - 305
|
210 - 300
|
230 - 305
|
5,5
|
7/32
|
-
|
260 - 340
|
260 - 340
|
275 - 265
|
250 - 350
|
275 - 365
|
6,3
|
1/4
|
-
|
330 - 415
|
315 - 400
|
335 - 430
|
300 - 420
|
335 - 430
|
8
|
5/16
|
-
|
390 - 500
|
375 - 470
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 2. Amperase
b.
Pengaruh Besarnya Arus Listrik
·
Bila arus terlalu rendah, akan
menyebabkan:
1. Penyalaan busur listrik sukar dan busur
listrik yang terjadi tidak stabil
2. Teralalu banyak tumpukan logam las karena
panas yang terjadi tidak mampu melelehkan elektroda dan bahandasar dengan baik
3. Penembusan kurang
baik
4. Pinggiran-pinggiran
dingin
·
Bila arus terlalu tinggi, maka
elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan:
1)
Permukaan las yang lebih lebar dan datar
2)
Perembesan yang terlalu dalam
3) Terjadi parit-parit sepanjang jalur las
c.
Menyalakan Busur Listrik
Ada dua metode yang mungkin dapat dilaksanakan yaitu,
1.
Penggoresan (ccratching),
Metode penggoresan biasanya disukai oleh pemula karena
relatif lebih muda. Cara ini serupa dengan menggoreskan batang korek api.
2.
Pengetukan (tapping).
Dengan metode pengetukan, ujung
elektroda disentuhkan sesaat kemudiaan menariknya kembali. Panjang busur
biasanya ditentukan sama dengan diameter elektroda yang dipakai. Metode ini
lebih sulit tapi banyak disukai oleh juru las berpengalamaan karena tidak
merusak permukan benda kerja, salah sau kesulitannya yang mugkin timbul adalah
ujung elektroda menempel pada permukaan benda kerja.
3. Dengan Cara
Menggoreskan
d.
Mematikan Busur Listrik
Untuk memutuskan atau mematikan
lengkung listrik las dari benda kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
-
Cara pertama:
Elektroda diangkat dan diturunkan
sedikit kemudian ditarik keluar.
-
Cara kedua:
Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil
dilepas denga mengayunkan kekiri.
e.
Pengaruh
Jarak Busur Pada Hasil Las
Jarak Busur (L) yang normal adalah
kurang lebih sama dengan diameter (D) elektroda.
·
Bila jarak busur tepat (L=D), maka
cairan elektroda akan mengalr dan mengendap dengan baik, dan hasilnya:
1.
rigi-rigi las yang halus dan baik
2.
tembusan las baik
3.
perpaduan dengan bahan dasar baik
4. percikan teraknya halus
·
Bila jarak busur terlalu besar
(L>D), maka akan timbul bagian-bagian yangberbentuk bola cairan elektroda,
hasil pengelasan yaitu:
1.
rigi-rigi las kasar
2.
tembusan las dangkal
3.
percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las
·
Bila busur las terlalu pendek, akan
sukar memeliharanya, bila terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan dan
menghasilkajn hasil las:
1.
rigi-rigi las tidak merata
2.
tembusan las tidak baik
3.
jalur las terlalu kcil
4. percikan teraknya kasar dan berbentuk
bola.
Las Asetilin (Las
Karbit) adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari
pembakaran asetilin dan oksidasi (sat sam). Seperti halnyacara pengelasan lain,
las asetilin digunakan nuntuyk menyanbung dua bagian logam secara permanent.
Dalam penyambungan dua buah logam dapat dilakukan tanpa bahan pengisi atau
dengan tambahan bahan pengisi. Selain digunakan untuk menyambung dan
menyolder, las asetilin dipakai juga untuk pemotongan logam. Untuk pengelasan
digunakan pembakar dan untuk memotong logam digunakan pembakar pemotong.
b. Peralatan
Las Asetilin
Adapun alat-alat
utama las asetilin adalah sebagai berikut :
1. Botol gas asetilin dan botol oksigen.
Botol gas asetilin
terbuat dari baja yang berisi gas asetilin yang telah dimanfatkan dengan volume
40 liter Dan tekanan hingga 15 bar.
Botol oksigen juga
terbuat dari baja yang berisi gas oksigen yang telah dimanfatkan dengan tekanan
gas sampai 151 bar. Di atas botol oksigen dipasang sebuah keran yang dilengkapi
dengan sumbat pengaman. Bila tekanan gas dalam botol naik karena pengaruh
panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang
dapat diisikan pada botol tersebut sebanyak 74,5 m3 dengan kadar gas
oksigen murni 99,5
%.
2. Generator
asetilin
Gas asetilin dapat
dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit di tambah air dengan rumus
kimia CaC2 + 2H2O C2H2
+ Ca (OH) + kalor. Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah tabung yang
disebut generator asetilin. Bagian-bagian utama dari generator asetilin adalah
ruang karbit dan dapur gas, ruang air, ruang gas asetilin, kunci air, alat
pmbersih gas, alat pengaman bila kelebihan gas.
3. Regulator
Regulator
berfungsi untuk mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap
besarnya. Pada regulator terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan isi dan
manometer tekanan kerja. Yang dimaksud tekanan isi adalah tekanan gas yang
berada dalam botol. Sedangkan yang dimaksud tekanan kerja adalah tekanan yang
dibutuhkan pada waktu melakukan pekerjaan las.
4. Pembakar
(torch)
Fungsi pembakar
pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas asetilin
yang jumlah isinya hampir sama. Pada pembakar dapat dipasang berbagai ukuran
ujung pembakar, untuk memperoleh nyalah api yang sesuai dengan tebal benda
kerja yang akan di las atau dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua selang
yaitu selang untuk gas asetilin dan selang untuk gas oksigen. Ruang pencampur
dan keran pengisi berfungsi untuk mengatur banyaknya oksigen dan asetilin yang
digunakan. Dikenal dua jenis pembakar yaitu pembakar tekanan rendah dan
pembakar tekanan rata.
5. Selang Las
Selang berfungsi
untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator ke pembakar. Selang ini harus
tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak kaku. Selang gas biasanya berwarna
hitam atau hijau. Pada ujung-ujung selang terdapat pula mur pengatur dengan ulir
kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua selang tersebut adalah untuk
mengikat regulator dan mengikat pembakar.
Untuk menjaga
kekeliruan saat pengikatandengan regulator dan pembaklar maka baut dan mur
pengikat dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda.
c. Peralatan Bantu dan Bahan Las Asetilin
Beberapa alat bantu dan bahan tambahan
dalam las asetilin adalah sebagai berikut :
1. Korek api las
Korek api las
digunakan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya terlalu dekat
dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah terjilat api. Untuk itu menyalakan
gas ini biasanya digunakan korek api las.
2. Kaca mata las
Kaca mata las
sangat penting digunakan pada saat mengelas, unuk melindungi mata dari sinar
ultra violet, logam cair dan percikan api.
3. Pakaian kerja
Pakaian kerja
harus dapat melindungi badan kita dari percikan logam cair atua bunga api.
4. Alat pengerjaan
kampuh las
Untuk pengerjaan kampuh las
diperlukan alat-alat seperti : palu, kikir, gergaji tangan dan lain-lain.
5. Kawat las
Kawat las digunakan untuk bahan pengisi untuk menambah kekuatan las. Jenis
bahan kawat yang dipkai harus sesuai dengan logam yang akan dilas.
d. Nyala Api las
Ada tiga nyala api
las asetilin yaitu nyala api netral, nyala api karburasi dan nyala api
oksidasi. Ketiganya berbeda satu dengan yang lainnya karena berbeda
perbandu\ingan banyaknya gas asetilin dan oksigen.
1.
Nyala api netral
Nyala api netral adalah
yang paling sering digunakan untuk mengelas. Nyala api ini merupakan hasil
pembakaran gas asetilin dan oksigen dengan perbandingan 1:1. Nyala api netral
berwarna biru dan merupakan inti nyala api yang keluar dari ujung pembakar.
2.
Nyala api karburasi
Nyala api karburasi adalah nyala api kelebihan
gas asetilin. Kelebihan gas asetilin ini menyebabkan nyala api berwarna putih
tetapi intinya berwarna biru sepertyi nyala api netral. Nyala api
karburasi biasa digunakan pada proses pelapisan keras permukaan.
3.
Nyala api oksidasi
Nyala api oksidasi adalah nyala api
yang kelebihan gas oksigen. Oksigen yang kelebihan ini akan
terbakar di luar nyala inti. Nyala inti api oksidasi lebih pendek dan bersuhu
lebih tinggi dari pada nyala api netral dan nyala apikarburtasi. Nyala api
kiarburasi digunakan untuk mengelas logam tembaga, kuningan perunggu dan las
pateri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar