2.3. Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair seperti minyak tungku/ furnace
oil dan LSHS (low sulphur heavy stock) terutama digunakan dalam
penggunaan industri. Berbagai sifat bahan bakar cair diberikan dibawah ini.
2.3.1
Densitas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa
bahan bakar terhadap volume bahan bakar pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur
dengan suatu alat yang disebut hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas
ini berguna untuk penghitungan kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan.
Satuan densitas adalah kg/m3.
2.3.2
Viskositas
Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi
bahan terhadap aliran. Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang dengan
naiknya suhu. Viskositas diukur dengan Stokes atau Centistokes. Kadang-kadang
viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt atau Redwood. Tiap jenis minyak
bakar memiliki hubungan suhu viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas
dilakukan dengan suatu alat yang disebut Viskometer. Viskositas merupakan sifat
yang sangat penting dalam penyimpanan dan penggunaan bahan bakar minyak.
Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan untuk handling,
penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental,maka akan
menyulitkan dalam pemompaan, sulit untuk menyalakan burner, dan sulit
dialirkan. Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan terjadinya pembentukan
endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-dinding. Oleh karena
itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.
Membaca Selengkapnya ....
Membaca Selengkapnya ....
2.3.3
Specific Gravity
Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari
sejumlah volum minyak bakar terhadap berat air untuk volum yang sama pada suhu
tertentu. Densitas bahan bakar, relatif terhadap air, disebut specific
gravity. Specific gravity air ditentukan sama dengan 1. Karena specific
gravity adalah perbandingan, maka tidak memiliki satuan. Pengukuran specific
gravity biasanya dilakukan dengan hydrometer. Specific gravity digunakan
dalam penghitungan yang melibatkan berat dan volum. Specific gravity untuk
berbagai bahan bakar minyak diberikan dalam tabel dibawah :
Tabel
7. Specific gravity berbagai bahan bakar minyak (diambil
dari Thermax India Ltd.)
Bahan
Bakar
Minyak
|
L.D.O
(Minyak
Diesel
Ringan)
|
Minyak
Tungku/
Furnace
Oil
|
L.S.H.S
(Low
Sulphur
Heavy
Stock)
|
Specific
Gravity
|
0,85
- 0,87
|
0,89
- 0,95
|
0,88
- 0,98
|
2.3.4
Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah
dimana bahan bakar dapat dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar
bila dilewatkan suatu nyala api. Titik nyala untuk minyak tungku/ furnace
oil adalah 66 °C.
2.3.5
Titik Tuang
Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah
dimana bahan bakar akan tertuang atau mengalir bila didinginkan dibawah kondisi
yang sudah ditentukan. Ini merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu
terendah dimana bahan bakar minyak siap untuk dipompakan.
2.3.6
Panas Jenis
Satuan panas jenis adalah kkal/kg°C. Besarnya
bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28 tergantung pada specific gravity minyak.
Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi listrik yang digunakan
untuk memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak ringan memiliki panas
jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat memiliki panas jenis yang
lebih tinggi.
2.3.7
Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang
dihasilkan., dan diukur sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific value atau
nilai kalor netto/ nett calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh
panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran.
Nilai kalor kotor/. gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh
uap yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya terembunkan/terkondensasikan.
Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan
tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai
kalor netto. Nilai kalor batubara bervariasi tergantung pada kadar abu, kadar
air dan jenis batu baranya sementara nilai kalor bahan bakar minyak lebih
konsisten. GCV untuk beberapa jenis bahan bakar cair yang umum digunakan
terlihat dibawah ini :
Tabel 8. Nilai
kalor kotor (GCV) untuk beberapa bahan bakar minyak (diambil dari
Thermax India Ltd)
Bahan bakar
minyak Nilai Kalor kotor
(GCV) (kKal/kg)
Minyak Tanah - 11.100
Minyak Diesel - 10.800
L.D.O - 10.700
Minyak Tungku/Furnace
- 10.500
LSHS
-
10.600
2.3.8
Kadar Abu
Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau
garam dalam bahan bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan.
Residu bahan bakar memiliki kadar abu yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin
dalam bentuk senyawa sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi,
alumunium, nikel, dll. Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %.
Abu yang berlebihan dalam bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan
kotoran pada peralatan pembakaran. Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner,
menyebabkan kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan
korosi suhu tinggi dan penyumbatan peralatan.
2.3.9
Kadar Air
Kadar air minyak tungku/furnace pada saat
pemasokan umumnya sangat rendah sebab produk disuling dalam kondisi panas.
Batas maksimum 1% ditentukan sebagai standar. Air dapat berada dalam bentuk
bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan kerusakan dibagian dalam permukaan
tungku selama pembakaran terutama jika mengandung garam terlarut. Air juga
dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung burner, yang dapat mematikan
nyala api, menurunkan suhu nyala api atau memperlama penyalaan. Spesifikasi
khusus bahan bakar minyak terlihat pada tabel dibawah.
Karakteristik
|
Bahan
Bakar Minyak
|
||
Minyak
Furnace
|
L.S.H.S
|
L.D.O
|
|
Masa
Jenis (g/cc pada 150C)
|
0,89
- 0,95
|
0,88
- 0,98
|
0,85
- 0,87
|
Titik
Nyala (0C)
|
66
|
93
|
66
|
Titik
Tuang (0C)
|
20
|
72
|
18
|
G.C.V.
(kKal/kg)
|
10.500
|
10.600
|
10.700
|
Endapan,
% Berat, Max.
|
0,25
|
0,25
|
0,1
|
Total
Sulfur, % Berat, Max.
|
Sampai
4,0
|
Sampai
0,5
|
Sampai
1,8
|
Kadar
Air, % Vol. Max.
|
1,0
|
1,0
|
0,25
|
%
Abu, Berat Max.
|
0,1
|
0,1
|
0,02
|
Tabel
9. Spesifikasi khusus bahan bakar minyak (diambil dari
Thermax India Ltd.)
2.3.10
Sulfur
Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat
tergantung pada sumber minyak mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan
normal sulfur untuk residu bahan bakar minyak (minyak furnace) berada
pada 2 - 4 %. Kandungan sulfur untuk berbagai bahan bakar minyak ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 10.
Persentase sulfur untuk berbagai bahan bakar minyak (diambil dari
Thermax India Ltd.)
Bahan bakar
minyak Persen
sulfur
Minyak Tanah 0,05 – 0,2
Minyak Diesel 0,05 – 0,25
L.D.O 0,5
– 1,8
Minyak Furnace
2,0 –
4,0
LSHS <
0,5
Kerugian
utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh asam sulfat yang terbentuk
selama dan sesudah pembakaran, dan pengembunan di cerobong asap, pemanas awal
udara dan economizer.
2.3.11
Residu Karbon
Residu karbon memberikan kecenderungan pengendapan
residu padat karbon pada permukaan panas, seperti burner atau injeksi
nosel, bila kandungan yang mudah menguap. Residu minyak mengandung residu
karbon 1 persen atau lebih.
2.3.12
Penyimpanan Bahan Bakar Minyak
Akan sangat berbahaya bila menyimpan minyak bakar
dalam tong. Cara yang lebih baik adalah menyimpannya dalam tangki silinder,
diatas maupun dibawah tanah. Minyak bakar yang dikirim umumnya masih mengandung
debu, air dan bahan pencemar lainnya. Ukuran tangki penyimpan minyak bakar
sangatlah penting. Perkiraan ukuran penyimpan yang direkomendasikan sedikitnya
untuk 10 hari konsumsi normal. Tangki penyimpan bahan bakar untuk industri pada
umumnya digunakan tangki mild steel tegak yang diletakkan diatas tanah.
Untuk alasan keamanan dan lingkungan, perlu dibuat dinding disekitar tangki penyimpan
untuk menahan aliran bahan bakar jika terjadi kebocoran. Pengendapan sejumlah
padatan dan lumpur akan terjadi pada tangki dari waktu ke waktu, tangki harus
dibersihkan secara berkala: setiap tahun untuk bahan bakar berat dan setiap dua
tahun untuk bahan bakar ringan. Pada saat bahan bakar dialirkan dari kapal
tanker ke tangki penyimpan, harus dijaga dari terjadinya kebocoran-kebocoran
pada sambungan, flens dan pipa-pipa. Bahan bakar minyak harus bebas dari
pencemar seperti debu, lumpur dan air sebelum diumpankan ke sistim pembakaran.
2.3.13 Berbagai Bahan Bakar Cair
dan Pemanfaatan dalam Dunia Teknik
1. Bensin atau Gasolin atau Premium
Bensin
disebut juga dengan kata lain Petrol atau Gasoline yaitu campuran berbagai
hidrokarbon yang diperoleh melalui proses destilasi/pengilangan dari minyak
mentah (Crude Oil). Kwalitet dari bensin dinyatakan dengan angka
oktannya (Octane Number). Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna
tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar
kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel
dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol. Gasolin
dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline), premium dan
gasolin biasa, terdiri dari C4 sampai C12. Sifat yang
terpenting pada gasolin adalah “angka oktana”. Angka oktana adalah angka yang
menyatakan besarnya kadar isooktana dalam campurannya dengan normal heptana.
Isooktana mempunyai angka oktana = 100, sedang ‑ normal heptana mempunyai
angka oktana = 0. Makin tinggi angka oktana gasolin semakin baik unjuk
kerjanya.
2.
Kerosen
Termasuk
kerosen adalah:
Ø Bahan
bakar turbin gas pada pesawat terbang.
Ø Minyak
bakar, biasa dipakai untuk dapur rumah tangga, bahan bakar kapal laut, dan
penerangan lampu kereta api di masa lalu.
Mutu kerosen tergantung
pada sifatnya dalam uji lampu (lamp test) dan uji bakar, seperti timbulnya asap
dan kabut putih. Asap disebabkan oleh hidrokarbon aromatik sedang kabut putih
oleh disulfida.
3.
Minyak
Pelumas
Pelumas adalah zat kimia,
yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda bergerak untuk
mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90%
minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama
adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam. Kegunaan minyak
pelumas diantaranya mencegah karat dan mengurangi gesekan.
4.
Bahan
Bakar Diesel
Bahan bakar diesel atau
minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin diesel atau “compression
ignition engine”. Mutunya ditentukan oleh angka cetana. Makin tinggi angka
cetana, makin tinggi unjuk kerja yang diberikan oleh bahan bakar diesel. Angka
cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya dengan
metilnaphtalen. Cetan murni mempunyai angka cetana = 100, sedang aromatik
mempunyai angka cetana = 0. Unjuk kerja adalah persentase rata-rata daya yang
dapat diperoleh dari mesin dengan bahan bakar tertentu dibandingkan dengan daya
yang diperoleh dari bahan bakar yang mempunyai angka cetana = 100.
5. Minyak Residu
Minyak residu biasa
digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun yang bergerak. Dalam hal
instalasinya, pemakaian minyak residu dalam ketel uap akan lebih murah
dibanding batubara. Disamping itu, pemakaian minyak residu tidak menimbulkan
masalah abu. Akan tetapi pada ketel uap tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat
menimbulkan korosi dan kerusakan pada “superheater tube”. Pemakaian minyak
residu kecuali dalam ketel uap antara lain: Tanur dalam industri baja, tanur
tinggi dalam industri semen dan industri lain yang mempunyai kaitan dengan
semen, serta berbagai dapur dalam industri petroleum dan industri kimia.
6. Biodiesel
Biodiesel dari Minyak nabati, seperti minyak
kelapa sawit dan jarak pagar. Digunakan untuk pengganti solar. Biodiesel
merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak
hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan
sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol
murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
7. Bioetanol
Bioetanol adalah etanol
yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Bioetanol
dari tanaman yang mengandung pati / gula, seperti sagu, singkong, tebu dan
sogum. Digunakan untuk pengganti bensin. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan
biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan
bantuan mikroorganisme.
Proses pembuatan bioetanol dibedakan
menjadi tiga berdasarkan bahan bakunya yaitu bahan baku sumber gula, pati dan
serat. Proses pembuatan bioetanol meliputi aspek fermentasi dan destilasinya.
8. Biooil
Biooil dari minyak nabati
(straight vagetable oil) dan Biomass melalui proses pirolisa. Digunakan untuk
pengganti minyak tanah.
9.
Biogas
Biogas dari limbah cair dan
limbah kotoran ternak. Digunakan untuk pengganti minyak tanah. Biogas adalah
gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan
organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah
tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable
dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk
menghasilkan listrik.
v Menurut karakteristik bahan bakar cair/ciri-ciri
bahan bakar cair:
a. Bensin
(gasolin)
Pengertian : Campuran
cairan yang berasal dari minyak bumi.
Penyusunnya : Hidrokarbon
Warna : Kuning bening
(cairan)
Berat jenis : 0,71 – 0,77
(719,7 kg/m3)
b. Kerosin
(minyak tanah)
Pengertian : Keros Yunani:
lilin, di Swiss sebagai minyak tanah.
Jarak lebur : -61 oC
– (-26 oC)
Suhu pengapian : 220 oC
Suhu pembakaran : 600 oC
c.Diesel
Pengertian : Produk akhir yang digunakan sebagai bahan bakar.
Pengertian : Produk akhir yang digunakan sebagai bahan bakar.
Nama lain : Solar
Diciptakan oleh : Rudolf
Diesel
Digunakan untuk : mesin
diesel.
v Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh
BPHMIGAS
1.
Avgas ( Aviation
Gasoline)
Bahan Bakar Minyak ini
merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas
didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran
dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem pengapian. Performa BBM
ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai dibawah 100 dan
juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis Avgas yang
beredar di Indonesia memiliki nilai 100/130.
2.
Avtur (Aviation
Turbine)
Bahan Bakar Minyak ini merupakan
BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk
bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution).
performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik
kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada
suhu yang rendah.
3.
Bensin
Jenis Bahan Bakar Minyak
Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk
mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis
bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai
mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Otcane
Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu:
Ø Premium
(RON 88) : Premium adalah bahan bakar minyak jenis
distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya
zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan
bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor
tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau
petrol.
Ø Pertamax
(RON 92) : ditujukan untuk kendaraan yang
mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal
(unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi
diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan
electronic fuel injection dan catalytic converters.
Ø Pertamax
Plus (RON 95) : Jenis BBM ini telah
memenuhi standar performance International World Wide Fuel Charter
(WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang
mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan.
Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi
ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologiElectronic Fuel Injection
(EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI),Turbochargers
dan catalytic converters.
4.
Minyak
Tanah (Kerosene)
Minyak tanah atau kerosene
merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 °C dan
300 °C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat bantu
penerangan, memasak, water heating yang umumnya merupakan pemakaian domestik
(rumahan).
5.
Minyak
Solar (HSD)
Minyak solar adalah bahan bakar jenis
distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan minyak solar pada
umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran
tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar
pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan
pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive
Diesel Oil, High Speed Diesel. High Speed Diesel (HSD)
merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa cetane number 45,
jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang umum
dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan electronic
injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor
trasportasi dan mesin industri.
Minyak solar adalah fraksi minyak
bumi dengan titik didih antara 270-350C. Minyak Solar biasa digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk,
kereta api dan traktor.
Minyak Solar biasanya digunakan
sebagai :
-Pada bahan bakar motor, diesel tipe besar
(seperti Bus & Truk).
-Memproduksi uap.
-Mencairkan hasil peridustrian.
-Membakar batu.
-Mengerjakan panas dari logam.
6.
Minyak
Diesel (MDF)
Minyak diesel adalah hasil
penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur
rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh
Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel oil
disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel
(MDF).
7.
Minyak
Bakar (MFO)
Minyak bakar bukan
merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna
hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan
minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran langsung pada
industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk steam power station dan
beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak
bakar. Minyak Bakar tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO)
8.
Biodiesel
Jenis Bahan Bakar ini
merupakan alternatif bagi bahan bakar diesel berdasar-petroleum dan terbuat
dari sumber terbaharui seperti minyak nebati atau hewan. Secara kimia, ia
merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak. Jenis Produk yang dipasarkan saat ini merupakan produk
biodiesel dengan campuran 95 persen diesel petrolium dan mengandung 5 persenCPO
yang telah dibentuk menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME).
9.
Pertamina Dex
Pertamina
Dex adalah bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai
standar emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane
number 53 keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah
300 ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi
terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih
irit dan ekonomis serta menghasilkan tenaga yang lebih besar.
kandungan komposisi unsur minyak bakar residu lah bro...
BalasHapus